Sabtu, 28 September 2013

Transpirasi

Makalah Fisiologi tumbuhan DISUSUN OLEH : Nama : Khairil Hadi Nim : 8136174019 p. STUDI : bIOLOGI Kelas : B2 Program pascasarjana Unimed 2013 BAB I PENDAHULUAN  1.1 Latar Belakang   Air merupakan salah satu faktor penentu bagi keberlangsungan kehidupan tumbuhan. Banyaknya air yang ada didalam tubuh tumbuhan selalu mengalami fluktuasi tergantung pada kecepatan proses masuknya air ke dalam tubuh tumbuhan, kecepatan proses penggunaan air oleh tumbuhan, dan kecepatan proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan. Hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berupa cairan dan uap atau gas. Proses keluarnya atau hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berbentuk uap atau gas ke udara di sekitar tubuh tumbuhan dinamakan transpirasi. Transpirasi terjadi pada tumbuhan dan memegang peranan penting dalam proses metabolisme serta memberikan manfaat bagi tumbuhan. Transpirasi berlangsung melalui bagian tumbuhan yang berhubungan dengan udara luar, yaitu jaringan epidermis pada daun, batang, cabang, ranting, bunga, buah, dan bahkan akar. Sebenarnya seluruh bagian tanaman itu mengadakan transpirasi, akan tetapi biasanya yang dibicarakan adalah hanya transpirasi yang melalui daun, karena hilangnya molekul-molekul air dari tubuh tanaman itu sebagian besar adalah lewat daun. Hal ini disebabkan karena luasnya permukaan daun, dan juga karena daun-daun itu lebih terkena udara dibandingkan dengan bagian tanaman yang lain (Dwidjoseputro, 1994). Proses transpirasi selain mengakibatkan penarikan air melawan gaya gravitasi bumi, juga dapat mendinginkan tanaman yang terus menerus berada di bawah sinar matahari. Mereka tidak akan mudah mati karena terbakar oleh teriknya panas matahari karena melalui proses transpirasi, terjadi penguapan air dan penguapan akan membantu menurunkan suhu tanaman. Selain itu, melalui proses transpirasi, tanaman juga akan terus mendapatkan air yang cukup untuk melakukan fotosintesis agar keberlangsungan hidup tanaman dapat terus terjamin. Transpirasi berhubungan langsung dengan intensitas cahaya. Semakin besar intensitas cahaya semakin tinggi laju transpirasi. Faktor-faktor lingkungan lainnya yang berpengaruh terhadap transpirasi antara lain: konsentrasi CO2, temperatur, kelembaban relatif, kepadatan udara, dan kecepatan angin. Sedangkan faktor tanaman yang mempengaruhi laju transpirasi adalah jumlah daun dan stomata. Seperti halnya pada semua organisme, tumbuhan memiliki atau mengembangkan alat khusus untuk melakukan pertukaran zat. Alat ini dapat berupa unit organela sel tertentu, sel tertentu yang mengalami modifikasi, jaringan tertentu yang terspesialisasi mendukung fungsi pengeluaran zat atau bahkan merupakan organisasi tingkat organ. Daun merupakan organ paling penting untuk pertukaran gas, karna daun memiliki jumlah stomata banyak dibanding organ yang lainnya. Alat-alat pertukaran zat yang penting pada tumbuhan terutama adalah stomata. 1.2 Rumusan Masalah   Dari uraian maka dapat diambil rumusan masalahnya sebagai berikut: 1. Apakah defenisi dari Transpirasi ? 2. Apa-apa sajakah tipe dari Transpirasi ? 3. Bagaimanakah alur dari Transpirasi ? 4. Bagaimanakah proses membuka dan menutupnya Stomata ? 5. Bagaimanakah Mekanisme Transpirasi melalui Daun? 6. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi Transpirasi ? 7. Apakah manfaat Transpirasi bagi tumbuhan ? 1.3 Manfaat Penulisan Penulisan ini diharapkan menjadi bahan informasi dan sumbangan pemikiran bagi pembaca untuk mengetahui tentang transpirasi, baik pengertian transpirasi, tipe transpirasi, alur transpirasi, mekanisme transpirasi, faktor yang mempengaruhi transpirasi, dan manfaat transpirasi. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Defenisi Transpirasi Terlepasnya air dalam bentuk uap air melalui stomata ke udara bebas disebut transpirasi (Dwijoseputra, 1998). Bentuk pelepasan air transpirasi bersama-sama dengan air yang menempel pada permukaan daun dan batang, secara keseluruhan disebut evapotranspirasi. Evaporasi merupakan pelepasan uap air dari benda-benda tak hidup, seperti dari bebatuan, tanah, permukaan luar batang, dsb. Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata (Lakitan, 1993). Kemungkinan kehilangan air dari jaringan lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut sangat kecil dibandingkan dengan yang hilang melalui stomata. Oleh sebab itu, dalam perhitungan besarnya jumlah air yang hilang dari jaringan tanaman umumnya difokuskan pada air yang hilang melalui stomata (Loveless,1991). Stomata merupakan alat istimewa pada tumbuhan, yang merupakan modifikasi beberapa sel epidermis daun, baik epidermis permukaan atas maupun bawah daun. Struktur stomata sangat bervariasi pada antar tumbuhan, terutama bila dibandingkan untuk antar tumbuhan yang lingkungan hidupnya cukup kontras. Melalui stoma tumbuhan menunjukkan kemampuan adaptifnya terhadap perubahan dan stress dari lingkungannya. Transpirasi merupakan satu mekanisme untuk membuah kelebihan air atau air sisa metabolisme. Laju transpirasi dipengaruhi oleh faktor internal tumbuhan yang bersangkutan, maupun berbagai faktor klimatik lingkungannya. Secara internal, transpirasi dikontrol dengan pengaturan konduktivitas stomata, daya hisap daun, dan tekanan akar, laju fotosintesis dan respirasi, serta jenis dan umur tanamannya. Sedang faktor eksternal yang penting adalah suhu, kelembaban udara, kecepatan angin dan beda potensial air antara tanah dengan jaringan dan atmosfer. Oleh bermacam-macam tenaga penggerak dan daya kohesi, maka dalam tubuh tumbuhan terbentuk aliran air atau benang air yang tak terputus. Di sisi lain, transpirasi dapat dipandang sebagai salah satu mekanisme pelepasan kelebihan panas tubuh tumbuhan, serta mendorong aliran air tanah masuk ke jaringan 10 untuk mendapatkan berbagai nutrisi yang dibutuhkan. Transpirasi juga merupakan mekanisme kontrol keseimbangan stabilitas cairan tubuh. Jumlah air yang ditranspirasikan sangat tergantung pada jenis tanamannya, sehingga bersifat khas untuk tanaman (fauziyah, 2012). Stabilitas cairan tubuh terjaga apabila volum penyerapan air sebanding dengan volum kebutuhan air untuk mempertahankan turgiditas jaringan (tekanan hidrostatik) dan air untuk mendukung metabolisme serta stabilisasi suhu jaringannya. Bila transpirasi berlebihan yang tidak seimbang dengan aliran air yang masuk, maka jaringan akan kehilangan turgiditasnya. Tumbuhan menjadi layu atau bahkan mengering dan mati. 2.2 Tipe-Tipe Transpirasi Dikenal ada tiga jenis transpirasi, yaitu transpirasi stomata, transpirasi kutikula dan transpirasi lentisel. Sebagian besar air terlepas melalui stomata, kehilangan air melalui kutikula hanya mencapai 5 sampai 10 persen dan kehilangan air melalui letisel kurang lebih 0,1 persen dari jumlah air yang ditranspirasikan. Dalam bukunya, Loveless (1991) menyatakan ada dua tipe transpirasi yaitu : 1. Transpirasi Kutikula. Adalah evaporasi air yang tejadi secara langsung melalui kutikula epidermis. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 persen atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang terjadi melaui stomata. 2. Transpirasi Stomata Sel-sel mesofil daun tidak tersusun rapat, tetapi diantara sel-sel tersebut terdapat ruang-ruang udara yang dikelilingi oleh dinding-dinding sel mesofil yang jenuh air. Air menguap dari dinding-dinding basah ini ke ruang-ruang antar sel, dan uap air kemudian berdifusi melalui stomata dari ruang-ruang antar sel ke athmosfer di luar. Sehingga dalam kondisi normal evaporasi membuat ruang-ruang itu selali jenuh uap air. Asalkan stomata terbuka, difusi uap air ke athmosfer pasti terjadi kecuali bila atmosfer itu sendiri sama-sama lembap. 2.3 Alur Transpirasi Adapun alur transpirasi atau proses transpirasi terdiri dari : 1. Tanaman mendapatkan air, nutrisi, dan mineral dari tanah dengan bantuan akar melalui proses osmosis. 2. Karena tekanan air rendah yang terdapat di daun dan bagian atas tanaman, air melakukan perjalanan dari akar ke bagian atas tumbuhan melalui xilem. 3. Air dan mineral bersama dengan CO2 dan klorofil di daun lantas siap menjalani proses fotosintesis. 4. Di tahap ini, proses transpirasi dimulai. Ketika mencapai daun, air dibawa ke permukaan daun dengan bantuan stomata. Stomata juga membantu dalam pertukaran gas, yaitu mengambil CO2 dan melepaskan O2 ke atmosfer. proses pengangkutan air dan zat zat terlarut hingga sampai ke daun pada tumbuhan dipengaruhi oleh : ü Daya kapilaritas : pembuluh xylem yang terdapat pada tumbuhan dianggap sebagai pipa kapiler. Air akan naik melalui pembuluh kayu sebagai akibat dari gaya adhesi antara dinding pembuluh kayu dengan molekul air. ü Daya tekan akar : tekanan akar pada setiap tumbuhan berbeda-beda. Besarnya tekanan akar dipengaruhi besar kecil dan tinggi rendahnya tumbuhan (0,7  -  2,0  atm). Bukti adanya tekanan akar adalah pada batang yang dipotong, maka air tampak menggenang dipermukaan tunggaknya. ü Daya hisap daun : disebabkan adanya penguapan (transpirasi) air dari daun yang besarnya berbanding lurus dengan luas bidang penguapan (intensitas penguapan). Gambar 1. Proses pengangkutan air yang melawan gaya gravitasi bumi 2.4 Mekanisme Membuka dan Metutupnya Stomata Mekanisme membuka menutupnya stomata merupakan peristiwa yang kompleks. Para Fisiologi sependapat bahwa membuka – menutupnya stomata terjadi karena perubahan atau pengaturan turgor sel penutup. Tekanan turgor terbentuk oleh adanya aliran air dari sel-sel sekitarnya. Keluar masuknya air ke sel penutup pada dasarnya adalah peristiwa osmosis (difusai air melalui membran). Masuknya air secara osmotik ke sel penutup membuat stomata membuka. Sebaliknya, stomata akan menutup seiring dengan keluarnya air dari sel penutup ke sel-sel sekitarnya. Banyak faktor yang mempengaruhi aktivitas buka-tutupnya stomata. Kondisi lingkungan tersebut antara lain seperti konsentrasi CO2, suhu, kelembaban udara, intensitas pencahayaan, dan kecepatan angin. Pada umumnya stoma membuka pada siang hari, kecuali tumbuhan gurun. Membukanya stomata pada malam hari untuk tumbuhan gurun merupakan bentuk adaptasi fisiologis untuk mengurangi resiko hilangnya air berlebihan. Arah pergerakan air ditentukan oleh perbedaan potensial air atau tekanan osmotik antara sel penutup dengan sel-sel di sekitarnya. Bila tekanan osmotik sel penutup lebih negatif (PO meningkat; cairan sel lebih pekat; potensial airnya lebih rendah) dari pada sekelilingnya, maka air dari sel-sel sekitarnya akan bergerak masuk menuju sel penutup. Sebaliknya, jika PO sel penutup lebih rendah atau potensial airnya lebih tinggi, maka air akan berosmosis dari sel penutup menuju sel tetangga. Persoalannya adalah bagaimana mekanisme tumbuhan mengontrol PO yang dinamis sesuai fluktuasi perubahan lingkungannya. Beberapa teori berusaha menjelaskan mekanisme buka – tutupnya stomata, di antaranya adalah teori “gerakan atau pompa ion K”. Masuknya ion K terjadi secara difusi melalui pertukaran ion dengan Cl- dan H+. Telah diketahui bahwa K+ terlibat dalam metabolisme karbohidrat, karena perananya mendukung aktivitas enzim fosforilase. Enzim ini berperan dalam konversi amilum menjadi glukosa. Bila ion K meningkat pada sel penutup, aktivitas pengubahan amilum menjadi glukosa juga meningkat. Dengan bertambahnya konsentrasi glukosa sel penutup maka akan meningkatkan potensial osmotik selnya. Dengan demikian akan menggerakkan air sel-sel sekitarnya berosmosis menuju sel penutup. Akibatnya, tekanan turgor sel penutup meningkat dan stoma membuka. Terbentuknya celah mulut karena ada dua faktor struktural sel penutup yang mendukung. 1. kedua ujung dari dua sel penutup saling menempel/ berdekatan satu sama lain, sehingga pada saat turgor meningkat, sel penutupnya akan melengkung dan membentuk celah yang dibatasi oleh kedua dinding sel penutup. 2. Adanya benang-benang mikrofibril selulosa yang terorientasi secara radial (miselasi radial). Hal ini memungkinkan sel tumbuh memanjang dan bukan tumbuh membesar ke arah samping. Dengan demikian bila turgor ke dua sel penutup memanjang, sementara bagian ujung-ujungnya saling bertautan di tempatnya, maka akan tumbuh melengkung dan membentuk celah mulut. Selain stomata, alat bantu bernafas lain adalah akar nafas atau akar udara. Bagi tumbuhan bakau (Mangrove) seperti Avicennia germinans, dan Rhizophora, akar nafas (pneumatofor) mencuat ke atas hingga di atas permukaan air (geotropik negatif). Akar ini digunakan untuk membantu memperoleh udara bagijaringan air yang hidup pada tanah terendam air laut yang aerasinya buruk. 2.5 Mekanisme Transpirasi Melalui Daun Secara alamiah tumbuhan mengalami kehilangan air melalui penguapan. Proses kehilangan air pada tumbuhan ini disebut transpirasi. Pada transpirasi, hal yang penting adalah difusi uap air dari udara yang lembab di dalam daun ke udara kering di luar daun. Kehilangan air dari daun umumnya melibatkan kekuatan untuk menarik air ke dalam daun dari berkas pembuluh yaitu pergerakan air dari sistem pembuluh dari akar ke pucuk, dan bahkan dari tanah ke akar. Ada banyak langkah dimana perpindahan air dan banyak faktor yang mempengaruhi pergerakannya.  Daun tersusun atas sel-sel epidermis atas, jaringan mesofil yang terdiri atas jaringan palisade dan jaringan bunga karang dengan ikatan pembuluh diantara sel epidermis bawah dengan stomata. Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel-sel mesofil ke rongga antar sel yang ada dalam daun. Dalam hal ini rongga antar sel jaringan bunga karang merupakan rongga yang besar, sehingga dapat menampung uap air dalam jumlah yang banyak. Penguapan air ke rongga antar sel akan terus berlangsung selama rongga antar sel belum jenuh dengan uap air. Sel-sel yang menguapkan airnya kerongga antar sel tentu akan mengalami kekurangan air sehingga potensial airnya menurun. Kekurangan air ini akan diisi oleh air yang berasal dari xylem tulang daun yang selanjutnya tulang daun akan menerima air dari batang dan batang menerima dari akar. Uap air yang terkumpul dalam rongga antar sel akan tetap berada dalam rongga antar sel tersebut selama stomata pada epidermis daun tidak membuka. Kalaupun ada uap air yang keluar menembus epidermis dan kutikula, jumlahnya hanya sedikit dan dapat diabaikan. Agar transpirasi dapat berjalan, maka stomata pada epidermis tadi harus membuka. Apabila stomata membuka, maka akan ada penghubung antara rongga antar sel dengan atmosfer. Gambar 2. Mekanisme Transpirasi Stomata tumbuhan pada umumnya membuka pada saat matahari terbit dan menutup saat hari gelap sehingga memungkinkan masuknya CO2 yang diperlukan untuk fotosintesis pada siang hari. Umumnya, proses pembukaan memerlukan waktu 1 jam dan penutupan berlangsung secara bertahap sepanjang sore. Stomata menutup lebih cepat jika tumbuhan ditempatkan dalam gelap secara tiba-tiba (Salisbury dan Ross, 1995). Loveless (1991) dalam literaturnya menyebutkan terbukanya stomata pada siang hari tidak terhambat jika tumbuhan itu berada dalam udara tanpa karbon dioksida, yaitu keadaan fotosintesis tidak dapat terlaksana. Kalau tekanan uap air di atmosfer lebih rendah dari rongga antar sel, uap air dari rongga antar sel akan keluar ke atmosfer dan prosesnya disebut transpirasi. ·      Gambar 3. Lubang Stomata 2.6 Faktor yang Mempengaruhi Traspirasi Kegiatan transpirasi terpengaruh oleh banyak faktor baik faktor-faktor  dalam ataupun faktor-faktor luar, yang terhitung sebagai faktor-faktor dalam adalah: 1. Besar kecilnya daun Besar kecilnya daun yang terdapat pada tumbuhan akan mempengaruhi transpirasi. Jika tumbuhan memiliki ukuran daun kecil, maka stomata yang terdapat di daun sedikit dan proses transpirasi lamban. Apabila tumbuhan memiliki ukuran daun besar, maka stomata yang terdapat di daun banyak dan akan memperlancar proses transpirasinya. 2.      Tebal tipisnya daun 3.      Berlapiskan lilin atau tidaknya permukaan daun 4.      Banyak sedikitnya bulu di permukaan daun 5.      Banyak sedikitnya stomata 6.      Bentuk dan lokasi stomata Adapun yang terdiri dari faktor luar yang mempengaruhi transpirasi : 1. Sinar matahari Sinar matahari menyebabkan membukanya stomata dan gelap menyebabkan tertutupnya stomata, jadi banyak sinar berarti juga mempergiat transpirasi. Karena sinar itu juga mengandung panas (terutama sinar infra-merah), maka banyak sinar berarti juga menambah panas, dengan demikian menaikkan temperatur. Kenaikan tempratur sampai pada suatu batas yang tertentu menyebabkan melebarnya stomata dan dengan demikian memperbesar transpirasi. 2. Temperatur Merupakan faktor lingkungan yang terpenting yang mempengaruhi transpirasi daun yang ada dalam keadaan turgor. Suhu daun di dalam naungan kurang lebih sama dengan suhu udara, tetapi daun yang kena sinar matahari mempunyai suhu 10o -20o F lebih tinggi daripada suhu udara. Pengaruh tempratur terhadap transpirasi daun dapat pula ditinjau dari sudut lain, yaitu didalam hubungannya dengan tekanan uap air di dalam daun dan tekanan uap air di luar daun. Kenaikan tempratur menambah tekanan uap di dalam daun. Kenaikan tempratur itu sudah barang tentu juga menambah tekanan uap di luar daun, akan tetapi berhubung udara di luar daun itu tidak di dalam ruang yang terbatas, maka tekanan uap tiada akan setinggi tekanan uap yang terkurung didalam daun. Akibat dari pada perbedaan tekanan ini, maka uap air akan mudah berdifusi dari dalam daun ke udara bebas 3. Kebasahan udara (Kelembaban udara) Pada hari cerah udara tidak banyak mengandung uap air. Di dalam keadaan yang demikian itu, tekanan uap di dalam daun jauh lebih lebih tinggi dari pada tekanan uap di luar daun, atau dengan kata lain, ruang di dalam daun itu lebih kenyang akan uap air daripada udara di luar daun, jadi molekul-molekul air. berdifusi dari konsentrasi tinggi (di dalam daun) ke konsentrasi yang rendah (diluar daun). Kesimpulannya ialah, udara yang basah menghambat transpirasi, sedang udara kering melancarkan transpirasi 4. Angin Pada umumnya angin yang sedang, menambah kegiatan transpirasi. Karena angin membawa pindah uap air yang bertimbun-timbun dekat stoma. Dengan demikian, maka uap yang masih ada di dalam daun kemudian mendapat kesempatan untuk difusi ke luar. Angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju transpirasi. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa angin cenderung untuk      meningkatkan laju transpirasi, baik di dalam naungan atau cahaya, melalui   penyapuan uap air. Akan tetapi, di bawah sinar matahari, pengaruh angin terhadap penurunan suhu daun, dengan demikian terhadap penurunan laju transpirasi, cenderung lebih penting daripada pengaruhnya terhadap penyingkiran uap air Dalam udara yang sangat tenang suatu lapisan tipis udara jenuh terbentuk di sekitar permukaan daun yang lebih aktif bertranspirasi. Jika udara secara  keseluruhan tidak jenuh, maka akan terdapat gradasi konsentrasi uap air dari lapisan udara jenuh tersebut ke udara yang semakin jauh semakin tidak jenuh. Dalam kondisi seperti itu transpirasi terhenti karena lapisan udara jenuh      bertindak sebagai penghambat difusi uap air ke udara di sekitar permukaan daun.    Oleh karena itu, dalam udara yang tenang terdapat dua tahanan yang harus ditanggulangi uap air untuk berdifusi dari ruang-ruang antar sel ke udara luar.   Yang pertama adalah tahanan yang harus dilalui pada lubang-lubang stomata, dan yang kedua adalah tahanan yang ada dalam lapisan udara jenuh yang berdampingan dengan permukaan daun. Oleh karena itu dalam udara yang bergerak, besarnya lubang stomata mempunyai pengaruh lebih besar terhadap    transpirasi daripada dalam udara tenang. Namun, pengaruh angin sebenarnya lebih kompleks dari pada uraian tadi karena kecendrungannya untuk meningkatkan laju transpirasi sampai tahap tertentu dikacaukan oleh kecendrungan untuk mendinginkan daun-daun sehingga mengurangi laju transpirasi. Tetapi efek angin secara keseluruhan adalah selalu meningkatkan transpirasi 5. Keadaan air dalam tanah Air di dalam tanah ialah satu-satunya suber yang pokok, dari mana akar-akar tanaman mendapatkan air yang dibutuhkannya. Absorpsi air lewat bagian-bagian lain yang ada di atas tanah seperti batang dan daun juga ada, akan tetapi pemasukan air lewat bagian-bagian itu tiada seberapa kalau dibanding dengan penyerapan air melalui akar. Tersedianya air dalam tanah adalah faktor lingkungan lain yang mempengaruhi laju transpirasi. Bila kondisi air tanah sedemikian sehingga penyediaan air ke sel-sel mesofil terhambat, penurunan laju transpirasi akan segera tampak. 2.7 Manfaat Transpirasi Bagi tumbuhan, transpirasi yang berlangsung memberikan beberapa manfaat, antara lain : 1) Menyebabkan terjadinya daya isap daun sehingga terjadi transport air di batang. 2) Membantu penyerapan air dan zat hara oleh akar. 3) Mengurangi air yang terserap secara berlebihan. 4) Mempertahankan temperature yang sesuai untuk daun. 5) Mengatur fotosintesis dengan menbuka dan meututupnya stomata. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Proses penguapan uap melalui stomata disebut transpirasi. Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel-sel mesofil ke rongga antar sel yang ada dalam daun. Penguapan air ke rongga antar sel akan terus berlangsung selama rongga antar sel belum jenuh dengan uap air. Kekurangan air pada sel-sel yang menguapkan airnya kerongga antar sel akan diisi oleh air yang berasal dari xylem tulang daun yang selanjutnya tulang daun akan menerima air dari batang dan batang menerima dari akar. Agar transpirasi dapat berjalan, maka stomata pada epidermis harus membuka, Keluar masuknya air ke sel penutup pada dasarnya adalah peristiwa osmosis (difusai air melalui membran). Masuknya air secara osmotik ke sel penutup membuat stomata membuka. Sebaliknya, stomata akan menutup seiring dengan keluarnya air dari sel penutup ke sel-sel sekitarnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi transpirasi terdiri dari faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam terdiri dari besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapiskan lilin atau tidaknya permukaan daun, banyak bulu dipermukaan daun, banyak sedikitnya stomata dan,bentuk dan lokasi stomata. Adapun faktor luar yang mempengaruhi transpirasi yaitu sinar matahari, temperatur, kelembaban udara, angin, dan keadaan air dalam tanah. Bagi tumbuhan transpirasi yang berlangsung memberikan beberapa manfaat, antara lain : membantu penyerapan air dan zat hara dari dalam tanah, membuang kelebihan air, pengaturan bukaan stomata, mempertahankan suhu daun, pengangkutan mineral, dan pembentukan energi. 3.2 Saran Penulis menyadari bahwa  hasil makalah ini yang membahas tentang transpirasi pada tumbuhan belum lengkap dan masih jauh dari pengharapan, Hal ini disebabkan karena keterbatasan ilmu dan literatur yang penulis miliki pada saat ini. Penulis sangat mengharapkan kritikan terutama dari pembaca dan teman-teman. Adanya kritikan yang membangun yang bisa melengkapi makalah ini di masa mendatang. Hanya kepada Allah Swt. Semua ini diserahkan, semoga selalu diberikan petunjuk dan ridha-Nya setiap saat kepada kita semua. Amin Yarabbal Alamin. DAFTAR PUSTAKA Dwijoseputro, D. 1988. Pengantar Fisioogi Tumbuhan. Jakarta : PT. Gramedia Harahap, F. 2012. Suatu Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Medan : Unimed Pres. http://dwinanda-ndvir.blogspot.com/2011/01/kompromi-fotosintesis-transpirasi.html. Diakses tanggal 18 Agustus 2013 http://www.fisiologi-pohon.com/proses-transpirasi/.html. Diakses tanggal 18 Agustus 2013 Loveless, 1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik. Jakarta : PT. Gramedia Salisburry, 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : ITB